Monday 2 June 2014

[Catatan Perjalanan] Senja di Lombok Utara dari 3726 Mdpl

Senja di lombok utara, ada apa disana ? adakah hal yang menarik untuk didatangi ? untuk seorang "tukang naik gunung" seperti saya disana ada sebuah gunung yang indah. Rinjani nama gunung tersebut entah dari mana usulnya. Asal usul nama Rinjani mungkin bisa teman sekalian baca di link tersebut. Ya, perjalanan kali ini saya lakukan bersama 12 orang teman, sahabat dan saudara bagaimana tidak hubungan yang terjalin bahkan lebih dari hal yang saya sebutkan barusan.



Chapter 1 
Between January and First May.
Preparation & Build a Team.

Persiapan pendakian ini dimulai dari awal januari kemarin, fahmi adik kelas saya memberi info via whatsapp bahwa dia dan rekan lainnya akan mengadakan pendakian ke rinjani akhir mei mendatang ketika libur panjang, saya hanya mengiyakan karena memang tidak ada persiapan apa apa mengenai perjalanan jauh tahun ini, alhasil ya uang untuk kebutuhan kuliah pun terpakai "lagi". Sudah berapa kali saya menggunakan uang tabungan kuliah ini untuk pendakian dengan dalih akan fokus kuliah pada orang tua biar cita - cita bisa cepet nikah dapat tercapai, tapi sudahlah toh cita - cita tersebut cuma jadi cita - cita semata. *gak perlu dibahas lebih lanjut, sakitnya tuh di dada*


Hal pertama yang dilakukan adalah penyusunan team via grup whatsapp, awal mula namanya kalau saya tidak lupa adalah "Bismillah Rinjani" yang artinya semoga bisa ke rinjani *make it simple aja*. Disusun teamnya dan berhasil disusun menjadi 12 orang, namun terseleksi dan seleksi dan seleksi dan kemudian seleksi lagi dan hasilnya tetep 12 orang namun personilnya saja yang berbeda. Hampir semua yang ikut adik kelas saya kecuali 4 orang di atas saya.

Listing team pendakiannya adalah Saya, Fahmi (cumi), Asep (acun), Tri, Ghilman, Diyana, Maisa, Shaddam, Yoss, Teh Rini, Kang Adam, Kang Deri, Kang Dwi. Kalau diitung jadi 13 ya ? xixixi. Jangan ditanya kenapa bisa jadi 12 karena lebih sakit dari pernyataan diparagraph pertama. *peace buat yang merasa*. Kalau ditanya soal pendakian bareng team ini bener - bener baru buat saya kecuali Diyana, Kang Adam sama Teh Rini sudah beberapa kali saya mendaki bareng mereka. Untuk Cumi, Acun, Ghilman, Tri saya rasa pendakian bersama mereka hanya pada jaman pendidikan dulu, apabila mereka selalu terkesan dengan pendidikan nya karena nyatanya kebaikan senior itu tetap saja salah dimata siswa didiknya. Sisanya ? Maisa sama shaddam pernah naik bareng waktu TC ke papandayan sekitar akhir maret yang berefek pada berkurangnya team ini menjadi 12, sedangkan sisanya baru bertemu ketika meet up pertama dan terakhir seminggu sebelum pendakian. Banyak cerita soal mereka, karakteristik masing - masing, kepribadian yang unik dan kelakuan anak muda jaman sekarang becandanya gak ada matinya.

Dari persiapan ini saya rasa yang paling niat adalah fahmi, selain dia koordinator acara atau bisa dibilang pemimpin regu, dia pula yang melisting semua kebutuhan yang pada akhirnya dibagi tugaskan kepada yang lain. Kebetulan saya kebagian nyari transport dan akomodasi disana bareng ghilman. Banyak banget yang di list walau pada akhirnya cuma sedikit saja yang dibawa.

Seperti hal lumrah dalam setiap kegiatan pendakian mendekati hari H selalu saja ada problem mengenai dana, untungnya di team kita punya sponsorship utama sehingga problem dana tersebut "HILANG", by the way makasih kang adam atas bantuan dan supportnya. hhi

Hal unik dari grup ini adalah kebiasan membahas hal gak jelas dan pasti balik lagi ke HATI, ya HATI problem anak muda masa kini. Tapi masalah ini biarlah berlalu karena hanya beberapa hati saja yang rapuh yang lainnya sedang berbunga - bunga. Hal unik lainnya adalah ketika mendekati hari H, awalnya saya bersikap biasa saja dengan kelakuan Kang Adam mengganti subjek grup setiap jam 12 malam, namun lama kelamaan menjadi sebuah kompetisi menarik dimana siapa yang bisa menggantinya memiliki kebanggan tertentu, Saya rasa Kang Adam memang berniat menciptakan kultur karena dengan begitu setiap malam kita selalu berdiskusi terlebih dahulu dan lanjut persaingan tersebut, persaingan tanpa imbalan namun membuat suatu kebanggaan karena seharian subjek grup tersebut adalah hasil pemikiran kita, walau sebagian ngisi subjeknya ngasal. HAHAHAHA

Oia, jangan lupa untuk melakukan olahraga dahulu sebelum memulai pendakian, bagian olahraga ini tidak akan saya ceritakan panjang lebar karena isinya cuma lari, ngejar mba - mba bohay didepannya dan ah sudahlah tidak usah dilanjut, semua orang pasti tahu akan hal ini.

Chapter 2
Mendekati hari H dan kesibukan didalamnya.

Hari H keberangkatan adalah tanggal 24 Mei jam 4 Pagi harus sudah ada dibandara, terlalu pagi untuk ke bandara di jakarta, mau berangkat jam berapa ? oia, kita berangkat dari soekarno hatta.


Kembali ke seminggu sebelumnya, pertemuan pertama dan terakhir sudah terlaksana semua sudah mengumpulkan list dari apa yang fahmi instruksikan, saya menyampaikan kebutuhan transportasi dan homestay disana saja. Obrolan sana sini akhirnya berakhir juga, walau saya lebih sibuk dengan ngobrol bersama teman karena hari itu ada acara lomba PBB sejawa barat di STM. Hampir lupa team ini semuanya merupakan lulusan STM, ya SMKN 1 CIMAHI dan kawannya. Saya baru packing hari rabu dan mengeceknya kembali hari kamis karena dirasa sudah cukup, dan sepertinya packingnya tidak begitu besar namun beratnya ampuuuuuun. *maklum udah tua padahal gak berat berat bgt*.

H-1, Jum'at 23 Mei 2014. Saya leyeh leyeh dikantor karena memang semua kerjaan sudah saya selesaikan seminggu yang lalu. *walau kenyataannya saya lebih sering main game daripada kerja*. Jum'at sore saya lupa harus bimbingan dan menyerahkan aplikasi beserta laporan BAB 3 ke dosen, saya sedang melakukan pembuatan laporan praktek kerja dari kampus, alhasil laporan saya titipkan ke teman yang satu team untuk praktek kerja dan tugas untuk hari senin saya titipkan juga karena memang saya tidak akan kerja dan akan membolos saja. ko bolos ? cuti saya tidak di acc oleh atasan, dengan berbagai cara saya mencoba berbohong akhirnya jujur juga ketika pulang dari perjalanan ini. *jujur lebih baik kawan !*. Beres kerjaan ternyata jam 8 malam, niatnya pakai damri ke bandara akhirnya saya memutuskan menggunakan taksi bareng Tri dan Teh Rini. Jam 9 Malam saya berangkat ke daerah fatmawati menuju kosan Tri, menunggu kabar dari Teh Rini yang infonya beres kerjaan sekitar jam 11 malam. Ngobrol ngobrol dengan Tri sampai jam 11an langsung memesan taksi yang akan membawa kami menjemput Teh Rini dan mengantarkan kami ke bandara.

Hari H, Bandara Soekarno Hatta. Team jakarta 1 lah yang pertama sampai ke bandara, Team jakarta 1 adalah saya, Tri dan Teh Rini. Karena saya lapar *tiap liat makanan enak pasti lapar*. Akhirnya saya memutuskan untuk makan terlebih dahulu disana, beberapa menit kemudian Team Bandung 1 akhirnya datan beserta Diyana dari tangerang. Team Bandung 1 itu Kang Adam, Kang Deri sama Kang Dwi. Menyusul kemudian Team bandung 2 Acun, Ghilman, Shaddam dan Yos. Kemudian sang pimpinan yang paling telat datangnya yaitu fahmi.

Suasana di bandara

Suasana ngitung berat cariel

Ada "Atjieee Moment" disana, tapi sudahlah biarkan jadi cerita lalu saja. Dan ketahuan juga cariel siapa yang paling enteng. HAHAHAHA. Barang udah beres dipacking, tinggal checkin dah langsung berangkat kita ke tujuan. LOMBOK I'M COMING !

Chapter 3
The beginning and the first step !


Jam sembilan kurang dikit burung besi yang membawa kami ber 12, eh 13 denk ada yang nyelip satu biji menjejakkan diri di Bandara International Lombok. Langsung menelepon jemputan kita menuju sembalun, saya fikir dari bandara ke sambalun itu sebentar ternyata ketika liat google maps jauhnya minta ampun dari lombok selatan kita jalan ke lombok utara dan hasilnya kita mabok sepanjang perjalanan menuju sembalun.

Bandara Lombok

Para korban jetlag

Ternyata panasnya lombok lebih parah dari jakarta saya rasa walau jalanan sangat sepi. Jalanan sudah tertata rapi dan masih mulus banget. Oia, kita start jalan dari bandara pukul 10 siang, karena Mang Udin supir yang menjemput kami baru turun dari senaru. Dia bercerita kalau turun dari senaru jam 5 pagi dan baru sampai jam 10 siang, sempat terdiam dan berfikir ulang untuk perjalanan nanti pulang akan seperti apa. Saya tidak begitu memperhatikan perjalanan karena sebagian saya hanya tidur diperjalanan kami melewati pelabuhan bangsal, view perjalanan di pinggir pantai, Mesjid pertama di lombok yang katanya terbuat dari kayu seutuhnya, kawanan monyet dipinggir jalan dan view rinjani sepenjang perjalanan selalu membuat saya terpukau.

Gerbang masuk lombok barat

Korban perjalanan 6 jam

Foto diatas baru setengah jam perjalanan, jam - jam berikutnya dihabiskan dengan tidur kemudian ketawa - ketawa, tidur lagi dan tidur lagi sampai sembalun.

Plank arah sembalun

Setelah melihat plank diatas saya fikir sembalun sudah dekat, ternyata masih sekitar satu jam perjalanan lagi, maka saya habiskan dengan menikmati pemandangan sekitar saja. Ada hal yang sulit saya dapatkan disini, berkomunikasi dengan Mang Udin supir kita yang asli orang lombok, sekilas logatnya mirip orang bali namun bahasanya tidak saya mengerti, beliau bisa berbahasa indonesia namun kosakatanya itu campur aduk maka ketika mengobrol dan salah satu berbicara tidak nyambung dan hanya senyum - senyum saja menjawabnya.

Warung depan pintu masuk jalur pendakian

Mobil elf yang membawa kita berhenti dan Mang Udin berkata sudah sampai, saya membangunkan yang lain untuk segera turun dan prepare perlengkapan untuk memulai pendakian. Ada cerita lain disini, Mang Udin membawa anaknya yang berumur 3 taun yang rewelnya minta ampun, dikasih makanan salah dikasih minuman juga salah, Kata Mang Udin itu biasa karena dia baru bangun ternyata bener aja, Pas 15 menit sebelum nyampe sembalun dia deket banget sama saya pengen digendong melulu. Ternyata untuk menaklukan anak kecil jangan pas dia baru bangun tidur tunggu dia menilai kita baru kita bisa mendekatinya. Nak, kelak kau yang bakal nganter anak saya nanti. hhi

Sehabis packing dan sholat kami langsung start pendakian pukul lima sore, waktu yang mepet ke malam namun tujuan kita hari itu adalah pos 2 walau semua berubah ketika negara api menyerang !

Packing

Titik start pendakian

Berdoa untuk keselamatan pendakian dan semoga semangat tetap membara sampai tujuan. Jalur start perjalanan masih didominasi oleh punggungan bukit kecil dan menyebrang sungai yang mengering, jalananpun cukup landai dengan view desa sembalun diiringi suara sapi, ya sapi ! banyak sekali sapi disana bahkan ada sapi dipinggiran bukit. Lutut udah mulai berasa panas tanda kurang olinya alhasil setiap ngeliat dataran bawaannya pengen duduk dan rebahan yang lama namun hal itu semua ditepis karena perjalanan kami masih panjang.

Pose sebelum berdoa

Start perjalanan

Dibukit pertama kami istirahat dan semua menikmati pemandangan senja kala itu. *baca : kabut*


Istirahat sejenak

Diam dibukit hanya beberapa saat dan sedikit menyapa senja dibalik kabut. Senja, apakah kau memikirkanku disini ?

Chapter 4
Between Forest and Savana

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore ketika kita mulai berjalan kembali, formasi sudah mulai berubah saya dan acun start duluan kedepan dengan acun membawa 2 cariel, Diyana sudah mulai lelah maka acun mengambil alih carielnya. Perjalanan dalam hutan ini tidak begitu lama hanya 15 menit kita sudah kembali lagi masuk ke savana, rerumputan tinggi sebatas dada menghiasi malam ini.

Perjalanan menuju pos 1 selalu disuguhi taburan bintang dan belokan kemudian tanjakan landai tanpa henti, beberapa kali kami melewati jembatan yang selalu kami jadikan patokan untuk melepas lelah, menikmati langit malam itu, bintang bertaburan dan bulan pun cerah. Saya kemudian berjalan lagi duluan, tak memperhatikan belakang yang ternyata saya terpisah dari rombongan, saya tahu alasan kenapa terpisah tapi saya biarkan saya fikir dia harus berusaha dengan kemampuannya sendiri dulu. Saya yang lebih dulu sampai pos 1, Sudah ada team JIS disana *mereka ngaku lulusan JIS* dan ngobrol bentar, 15 menit saya diam di sebuah saung dari semen namun team belakang belum nampak juga, baru sebentar untuk turun team sudah ada yang sampai, saya menanyakan posisi yang lain nampaknya masih pada dibawah. Saya memutuskan turun menjemput Diyana, dibawah dia berkata kalau dadanya sakit banget, ya saya tahu itu dia gak olahraga dan penyakit yang baru dia dapet akhir akhir ini menyempurnakan, saya papah sampai ke pos 1 dan istirahat disana.

Malam itu mungkin malam dengan makanan paling enak selama saya mendaki, Setelah kami memasak nasi Kang Adam mengeluarkan rendang yang dia bekal dari rumah. Selesai makan langsung tidur sesuai moto "wis mangan ora turu ndak enak" hahahaha. Malam itu saya tidur beralaskan matras, karena kita tidur disaung semen di pos 1.

Pukul 4 saya bangun namun belum ada yang bangun akhirnya saya memutuskan tidur lagi. Pukul 5 saya bangun dan membangunkan yang lain, Yos yang pertama bangun kemudian yang lainnya menyusul, Pagi ini diselingi cerita dinginnya tadi malam dan indahnya pemandangan bintangnya. Ya saya hanya bermimpi bisa menyampaikan keindahan ini padanya. Pagi ini menunya adalah ayam goreng dengan saos, karena pagi ini kita harus mengejar Plawangan yang entah berada dimana.

Pagi hari di pos 1

Gambaran Pos 1

Sarapan

Puncak Rinjani dari Pos 1


Chapter 5
Why i choose this life ?


Perjalanan langkah kembali dimulai ketika jam digital saya sudah menunjukan angka 8, langkah ini masih santai karena jalan yang dilalui masih datar. Posisi saya dibelakang kala itu karena berniat mengambil beberapa foto untuk tulisan ini. Kamera saya siapkan dan beberapa foto dihasilkan kemudian saya berjalan menyusul kembali yang lainnya. *kebanyakan saya menggunakan kamera hp, kamera hanya untuk beberapa moment saja*. Dari pos 1 sebenarnya pos 2 sudah terlihat karena letaknya ada dipinggiran bukit yang lebih tinggi sehingga terlihat dekat sekali tapi ternyata perjalanan lumayan menguras tenaga karena mungkin beban yang dibawa dalam cariel dan beban hidup yang teramat berat *konon beban hidup inilah yang membuat pendaki selalu berjalan pelan*. Saya masih dibelakang ketika yang lain berhenti, saya sudah bisa menebak kenapa tapi saya biarkan dulu, biarkan berusaha sampai batasnya dulu. Punggungan terakhir sebelum pos 2 sudah kelihatan ternyata pos 2 ada dijembatan sebelumnya, disini ada air namun kecil sehingga harus mengantri untuk mengisinya, berbekal info yang dimiliki bahwa di pos 3 ada air maka kami terus berjalan yang pada akhirnya terhenti karena melihat teh hangat diseberang sana. Pos 2, ada ibu ibu penjual makanan dan minuman, dan tentunya teh hangat tadi. Saya memesan beberapa gelas teh dan membeli teh sachet untuk perjalanan karena semalam ada yang menanyakannya. Istirahat cukup lama disini yang akhirnya acun bertemu dengan tetehnya yang telah lama hilang *skip adegan kaya sinetron*. Teteh ini ternyata selalu ketemu dengan team kita selama perjalanan turun. 

Pos 2

Saya lupa kapan team menggerakkan kakinya kembali namun saat itu matahari sudah hampir tepat berada di atas kepala, perjalanan dimulai kembali. Track awal setelah pos 2 adalah perbukitan jadi perjalanan akan naik turun dan berkelok tidak ada tempat berlindung dari panas juga kondisi kering yang menyebabkan debu berterbangan. Dan hal yang paling enak ketika itu adalah menemukan tempat adem, walau hanya sedikit tapi itu sangat membantu untuk meredakan panas yang menerpa. Beberapa kali saya rebahan mencari tempat adem tersebut melepas cariel dan berlari kecil menuju kesana. hihi.

 Sebelum sampai pos 3 team sudah terpecah, saya berada dipaling belakang, bukan karena sweeper tapi emang langkahnya pelan. Sebenarnya saya sendiri pun bingung kenapa bisa pelan, cariel saya beratnya hanya 16 kilo perjalananpun tidak begitu menanjak tapi kenapa begitu pelan ya ? *kemudian hening, dan teringat akan sesuatu*. Oke saya lanjutkan perjalanan ke atas, sampai dataran agak luas saya istirahat disitu berama Diyana dan Kang adam. Kami melanjutkan perjalanan dibelakang yang akhirnya istirahat lagi setelah tanjakan selepas jembatan dan posisi pun belum sampai pos 3. Istirahat 15 menit kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Dan ternyata letak pos 3 tidak jauh dari tempat kita istirahat tadi. HAHAHA

Istirahat sebelum pos 3

Di pos 3 kami mengisi air di cekungan pasir walau airnya bening namun sedikit berbau, tak apalah daripada tidak minum sama sekali. Untuk akses mengambil air ini kita harus menuruni bukit sekitar 5 menit kebawah tidak terlalu curam namun berpasir. Setelah beres mengambil air kami semua packing kembali melanjutkan perjalanan. Ada yang duluan ada yang dibelakang dan saya termasuk yang dibelakang. Di pos 3 ini banyak sekali area untuk mendirikan tenda terus saja berjalan ke atas akan semakin banyak dataran luas. Selepas pos 3 kita beristirahat disebuah saung untuk memakan apel. Satu apel dimakan ber empat, saat itu ada Saya, Kang Adam dan Kang Dwi. Kang deri sebenarnya bareng berjalan dengan kita dibelakang namun dia selalu duluan dan menunggu kita. Perjalanan tanjakannya baru dimulai setelah makan apel tadi, ada beberapa bukit yang harus dilewati agar bisa mencapai plawangan katanya. Ada info bukitnya hanya 6 namun ada yang bilang juga ada 7. Kami ber lima dibelakang berjalan pelan, selain tanjakan dan rasa kantuk juga. Bukit pertama terlewati, dengan belum ada tidur siang. Bukit kedua terlewati juga, dibukit ketiga baru kita coba rebahan 5 menit yang pada akhirnya rebahan lebih dari setengah jam. HAHAHA. 

Setelah rebahan tadi perjalanan jadi sedikit menggembirakan, ketemu sama mba mba yang ngeluh karena naik gunung, merhatiin bule yang excited banget sama pendakiannya, sampe nemuin kakek kakek naik rinjani. Merasa malu namun apa daya tenaga tak sampai. Oh iya kakek tersebut bule dan barangnya digotong oleh 3 porter. Beberapa bukit terlewati juga ternyata bukit bukit tadi belum ada apa apanya karena bukit terakhirnya yang sangat menanjak, Saya merasa beruntung karena sampai bukit tersebut telah gelap jadi tidak begitu lihat tanjakannya. Sebelum bukin terakhir senja sudah muncul, saya memalingkan wajah kebelakang untuk sejenak melihatnya dan IT'S AWESOME ! Senja itu keunguan bahkan terkesan ke arah merah muda, ini berbeda dengan senja dijakarta tempat saya tinggal. Senja ini meredakan lelah, senja ini memberi semangat dan senja ini istimewa !

Senja di Lombok Utara

Kami kembali melangkah meninggal cerita bersama senja, tak banyak sedikit saja biarkan cerita itu berkembang dengan sendirinya. Sampai dibatas vegetasi dan ada seseorang yang berkata "Istirahatnya di atas aja, tempatnya lebih enak dan lebih lega" kami melangkah lagi dan benar tempatnya lega namun miring sehingga sulit untuk duduk dengan beban dipundak kita. Lepaskan cariel dan keluarkan headlamp. Diyana mulai merasakan sakit dan sudah mual hendak muntah namun tak keluar juga. Perjalanan dimulai kembali setelah siap dengan senternya masing - masing. Kang Deri dan Kang Dwi berjalan duluan, dibelakang tersisa Saya, Kang Adam dan Diyana. 

Diperjalanan menanjak ini Diyana kembali merasakan sakit, akhirnya ada yang memberikan pertolongan juga walau unik.

"Mba nya sakit ?"
"Iya, mual"
"Ini saya ada counterpain kalau bisa"

Dalam hati saya berkata "WHAT COUNTERPAIN ?" mau ngakak cuma gak enak, mana ada orang yang menertawakan yang memberikan pertolongan. Yasudahlah saya abaikan saja dan bilang tidak usah. Setelah itu kita berjalan kembali, dengan sedikit tertatih karena memang sudah tidak kondusif. Ditengah perjalanan kita istirahat kembali untuk mengeluarkan jaket. Ditengah kegiatan tersebut ada seseorang yang berkata bahwa porternya sudah tidak dapat berjalan lagi, dia berkata kalau porternya patah kaki. Astagfirullah, dengan keadaan yang patah kaki dia meninggalkannya gitu aja ? dia beralasan istrinya sudah berjalan duluan sehingga dia menyusulnya ke atas membawa perlengkapannya sendiri. Sempet prihatin dengan nasib porternya namun saya juga merasakan kekhwatiran seorang suami terhadap istrinya. Akhirnya ada yang menolongnya, ada seorang porter senior *bisa dikatakan begitu* turun kebawah untuk membantu. Kami bertiga melanjutkan perjalanan kembali setelah diberi air hangat, sempet mau komplen tapi diurungkan kembali. Jangan mengeluh kepada kebaikan orang lain !

Perjalanan terasa sangat berat, posisi kami bertiga saat itu. Tanjakan tiada henti menanti kita didepan, Saya mulai lelah, Kang Adam pun sama, dan Diyana sakit. Setiap ke gunung saya selalu berfikir untuk apa kegiatan ini ? Apa manfaatnya untuk saya ? namun selalu saja ada senyuman ketika memikirnya. Lamunan saya buyar ketika terdengar suara tri memanggil dari atas, Dia memberi tahu bahwa posisi sudah dekat dan saya meminta dia memapah diyana, walau akhirnya terhenti karena Diyana muntah kembali. karena butuh obat Tri akhirnya kembali duluan ke atas membawa cariel Kang Adam bersama Kang Adam, Saya bersama Diyana, belum lama Diyana bilang sudah kuat berjalan kembali. Yasudah akhirnya kita berjalan ke atas kembali. Akhirnya sampai juga ke Plawangan, tempatnya cukup luas sejauh mata memandang walau cuma warna warna tenda yang disoroti oleh senter penghuninya. Ternyata dari situ ke posisi tenda kita lumayan jauh, menaiki dulu satu bukit baru bisa sampai, perjalanan terasa senang dan sangat lelah, ingin segera melepaskan semua penat tadi dengan rebahan dan tidur saja. Sampai di camp disambut ceria oleh yang lain dengan senyuman, mereka sedang masak dan menanyakan logistik yang saya bawa di dalam cariel. Diyana dan Kang Adam langsung tidur ketika sampai tempat camp, Saya yang tadi niatnya tidur saya urungkan karena penasaran dengan masak apa malam ini. Setelah membuat sambal saya memutuskan untuk tidur saja, dan minta dibangunkan ketika sudah jadi. Hari ini melelahkan sekali, sangat lelah sampai saya berfikir untuk apa saya melakukan ini kegiatan ini semua ? sedangkan dikota lebih banyak hal yang dapat memberikan kesenangan !

Andai saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan saya di atas, apakah kaki ini akan berhenti melangkah menikmati dingin di ketinggian atau senja dibalik awan ?

Chapter 6
Reaching the peak !


Derap langkah kaki disebelah tenda sudah mulai terdengar sejak pukul 1 malam, pagi sekali mereka muncaknya, mata saya terpejam namun fikiran saya tetap terjaga. Saya lupa pukul berapa Fahmi membangunkan untuk muncak yang pasti saya malas - malasan pagi itu, dan ternyata ada yang lebih malas daripada saya HAHAHA. Jam 3 kita start jalan sebelas orang, Tri memutuskan untuk tidak jalan bareng dan akan menyusul kita nanti. Semua sudah siap dan tak lupa hampir semua tim memakai koyo namun saya tidak, saya lebih memilih menggunakan masker untuk menutup muka seutuhnya. Malam itu terasa dingin sekali, Fahmi dan Shaddam jalan duluan untuk mengisi perbekalan air karena stock air kami memang sudah habis ketika naik kemarin. Baru start titik pendakian semua langkah terhenti, Diyana sakit. Semuanya menunggu dan akhirnya berjalan kembali. Jalanan mulai menanjak dan berpasir membuat langkah terasa lebih berat dan lebih menguras tenaga, awalnya semua berjalan bersama namun lamban laun semuanya duluan yang tersisa hanya Saya, Yoss, Kang Adam dan Diyana. Perjalanan naik ini sangat lama karena sebagian waktu dihabiskan untuk tidur oleh Diyana, setiap ada dataran maka saat itu pula saya harus merayunya untuk melangkahkan kakinya lagi. Saya rasa buku pedoman merayu harus dibikin sampai 99 Milyar kata agar tekhnik itu dapat berhasil lagi, karena segala jenis rayuan, ajakan dan lainnya sudah saya ungkapkan dengan Yoss untuk membuat Diyana kembali melangkah. Posisi saat itu memang sudah mulai kesal karena niatnya mengejar sunrise dipuncak pukul setengah enam kita masih merayu Diyana untuk berjalan kembali. Alhamdulillah sunrise masih tersisa ketika kita sampai di titik tanjakan pukul enam pagi kurang sedikit. Rebahan sebentar dan foto - foto kemudian solat subuh kesiangan hehehe.

Sisa sunrise pagi itu

Segara Anakan

Air terjun awan

Perjalanan kami lanjutkan kembali karena tidak enak yang lain pasti sudah menunggu di atas karena niatnya kami akan melakukan foto bersama. Langkah kembali gontai karena seusasi tanjakan jalur ini cukup landai dengan kerikil. Jalur ini seperti jalur savana sebelum plawangan, berbukit bukit dan berkerikil. Saya berjalan duluan meninggalkan Diyana, Yoss dan Kang Adam dibelakang yang kemudian istirahat dibalik semak untuk berteduh karena pagi itu mentari terasa menyengat sekali. Mereka bertiga datang dan kemudian saya bergegas berdiri pertanda melanjutkan perjalanan kembali. Namun seperti biasa diyana datang dan rebahan kemudian tiduran lagi.

"Hayu jalan lagi"
"Bentar atuh tidur dulu"
"Tidur mulu perasaan -_-"
"Ai Kang Adam boleh tidur, naha aku engga ?"
"Ya atuh Kang Adam mah tidur juga udahnya jalan lagi ai kamu de"

Kemudian kita semua tertawa disana melihat tingkah Diyana.

Saya kemudian melangkah kembali, beberapa bukit sudah saya lewati yang setiap sampai selalu ada bukit lainnya menunggu. Saya terus melangkah hingga akhirnya ketemu Maisa lagi foto - foto dengan teamnya. Menyapa sebentar dan menanyakan apakah melihat team saya yang lain, saya langsung berjalan kembali hingga akhirnya bertemu dengan Teh Rini dan Kang Deri sedang tiduran. Istirahat sebentar kemudian kami bertiga jalan kembali menuju puncak, posisi saya waktu itu ada dibelakang Teh Rini, salip - menyalip karena saya sedang memikirkan kondisi Diyana dibawah dan janji saya untuk menggapai puncak pada seseorang. Setelah lama berfikir tak terasa langkah hampir mendaki bukit terakhir menuju puncak Rinjani, terlihat orang - orang sedang berbaris dan berfoto - foto dijalur menuju puncak, dengan berat hati saya memutuskan turun untuk melihat kondisi Diyana lagipula saya sudah janji juga padanya, kalau dia tidak muncak saya juga tidak akan muncak, memang terdengar konyol tapi saya tidak ingin melanggar janji padanya. Janji pada seseorang itu akan saya tepati juga nanti dibawah. 

Saya berlarian kebawah yang ketika dibawah ternyata Kang Adam dan Yoss sudah berjalan berdua, berarti Diyana dibelakang sendiri ? ternyata Tri sudah sampai dan menemani Diyana dibawah dan memang tidak berniat untuk meneruskan pendakian ke atas. Sampai dibawah Tri bertanya pada saya kenapa turun lagi, saya hanya bilang udah janji sama dia (sambil nunjuk diyana) gakan muncak kalo dia gak muncak. Akhirnya disitu kita foto - foto sekedarnya karena memang puncak takkan dikejar pendakian kali ini.

Titik bukit menuju puncak

Puncak boongan, yang aseli ada dibelakangnya

Nanti kesini ya neng :)

Istirahat cukup lama disana akhirnya saya memutuskan untuk turun bersama Diyana, sakitnya lebih baik diobati dibawah saja dan istirahat untuk perjalanan nanti sore ke segara anakan. Akhirnya bisa tenang, Diyana udah bisa dilihat kondisinya janji juga udah ditepatin walau gak dipuncak. *Videonya bisa dilihat di akun saya di youtube.

Sepertinya halnya naik, turun tak akan memakan waktu yang lama, sekitar satu jam saya dan Diyana sudah berada dibawah lagi, saya mengambil air untuk masak dan Diyana ingin jalan duluan saja ke tenda. Belum lama saya berjalan dari mengambil air ternyata Diyana masih disitu ngobrol dengan Maisa. Akhirnya saya ikut ngobrol sebentar kemudian berjalan kembali menuju tenda. Sampai tenda diyana langsung rebahan dan sebelumnya meminta saya untuk memasakkan mie goreng. Saya pun memutuskan membuat mie becek (*sebuah resep rahasia anak STAMPARA). Ketika sedang asyik menikmati mie shaddam datang dan kami ngobrol sebentar tentang kondisi yang lain. Dia turun bareng Fahmi, rupanya dia dan fahmi sudah sampai puncak dari pagi yang kemudian disusul Acun, baru anak - anak yang lain ada dibelakang mereka ketika mereka turun. Setibanya mereka Saya memutuskan untuk tidur dan berdiskusi soal plan selanjutnya karena sampai pukul 2 siang team yang terakhir muncak belum sampai juga ke tenda.

Sore hari saya bangun dan berdiskusi kemudian memutuskan perjalanan akan kita lanjutkan besok pagi saja. Karena team yang lainpun sampai pukul 4 belum sampai juga. Saya mengambil air dan sekedar mencuci muka bersama Shaddam ke mata ait. Oia, di Plawangan ini ada mata air, airnya cukup banyak dan bersih. Lama kami berdua disana hingga pukul 5 kami baru beres mengisi air dan mencuci muka. Ketika keatas kami bertemu Kang Deri dan Yoss katanya yang lain sudah di camp, mereka istirahat sebentar karena kelelahan. Sore itu kita habiskan dengan ngobrol soal muncak tadi pagi saja, mulai dari Fahmi, Shaddam, Acun yang muncak tadi pagi, kondisi diperjalanan saya bersama diyana dan menghitamnya muka yang muncak belakangan.

Sore itu saya mencoba turun kembali ke titik naik plawangan, seharusnya teman saya sudah sampai sini. Sekalian melepaskan kekecewaan yang tidak berhasil muncak, saya juga mencoba menyapa senja sore itu. Mencoba berbaur dan bertanya soal rinjani pada orang - orang sekitar.

Separuh senja di Plawangan

Senja disudut Plawangan

Diposisi ini juga bisa whatsappan loh ternyata, saya menanyakan kabar mengenai bimbingan kelompok ke teman kampus dan juga menanyakan kondisi teman saya yang sedang lamaran di kota. Walau tak bertemu dengan teman saya namun saya berhasil menyapa senja yang kedua kalinya di sini.

Ketika hendak kembali saya melihat sebuah tulisan pada sebuah papan pertanda ini adalah Plawangan Sembalun tulisannya sederhana namun bermakna buat pendakian kali itu "Tujuan dari mendaki gunung ialah kembali pulang dengan selamat" oke akan saya catat dalam hati, saya tidak bisa memaksakan ego sendiri karena kita mendaki bersama team, berangkat berdua belas pulang pun harus angka yang sama. Walau kenyataannya saya pulang kamis berempat yang lainnya mantai. Pfffft.

Senja, jika kau berkata senja itu (bukan) untukmu, lalu untuk apa aku selalu menanti dan menyapamu selama ini ?

Chapter 7
Morning Brezze...Bbrrrr

Jam 3 pagi semua sudah terjaga, pagi ini rencananya kita akan turun ke segara anak, seperti biasanya hal tersulit dalam setiap pendakian adalah membuka mata. Lebih berat dari push up saya rasa. hhe namun akhirnya semua terbangun dan rencana hanya tinggal rencana ! Plan jam 3 kita turun dan jam 5 pagi lah kita baru melangkahkan kaki untuk turun. Dari camp kita kembali ke arah plawangan, setelah bukit pertama ada jalan disebelah kiri untuk menuju segara anakan. Setelah menemukan jalan kekiri kita terus mencoba turun da ternyata salah, jalan itu bukan langsung turun namun melipir lagi ke sebelah kiri sebuah dataran dulu baru turun. Perjalanan turun kebanyakan didominasi oleh bebatuan besar dan ada beberapa yang sudah dibuatkan anak tangga, ada pegangan juga disana untuk memudahkan turun. Awalnya semua berjalan beriringan namun ditengah jalan saya mencoba jalan duluan diikuti shaddam alhasil kita jauh didepan dan yang lain semua dibelakang.

Pukul 6 saya dan shaddam sudah sampai  lembahan artinya perjalan tinggal melipir saja, lagi lagi rinjani merupakan perbukitan untuk mencapai segara anakan yang terlihat didepan mata saja kita harus melewati beberapa bukit dulu baru bisa sampai ke lokasi. Tapi tak apa cahaya mentari menghangatkan badan yang sedari tadi kedinginan dalam perjalanan turun. Dalam perjalanan turun saya sempat bertemu dengan warga lokal, nampaknya mereka habis memancing ikan di segara anak (niat banget nih orang *dalem hati) cuma pake sendal jepit jaket seadanya dan bawaat sedikit saja mereka bisa naik turun rinjani. *standing applause*.

Jam setengah 8 kaki ini meminjakkan langkah pertama di segara anakan, shaddam datang 5 menit kemudian. Hal pertama yang ingin saya lakukan ialah mencuci muka. Sudah beberapa hari ini gak cuci muka dan sikat gigi. Duduk - duduk di batu besar dekat air terjun lalu menyusul datang yang lainnya 1 jam kemudian.

Sisa mentari

View Segara Anak


Chapter 8
Segara Anak Lake !

AMAZING VIEW ! satu kata yang mewakili perasaan saya kala itu. Danau ini sungguh indah, danau ini sangat luas saya rasa lebih luas dari ranu kumbolo di semeru.

Panorma Segara Anak

Setelah sampai kita mencari camp dekat dengan danau karena tujuannya adalah mancing, walau kenyataan kita hanya berusaha mancing - mancing mimpi, sekiranya fahmi dapat ikan juga itu cuma ikan yang masih pada TK, kecil kecil. Diitung kembali ternyata team kita kurang 2 orang, Kang Deri dan Kang Dwi gak ada ternyata, akhirnya kita menunggu sambil nongkrong - nongkrong aja disitu. Gelar matras makanin cemilan dan liatin orang - orang yang mau pada turun ke senaru atau naik ke sembalun.

Niat makan siang pakai ikan hasil pancingan hanya tinggal mimpi, sesuai fakta diatas ikan yang fahmi dapat cuma cukup untuk ngasih rasa asin dilidah gak sampe ke perut akhirnya siang ini kita membuat martabak mie atau nama lainnya, biasanya sih saya nyebut campuran mie dengan telor adalah martabak mie. Dan ager coklat plus ceri, jadi susunan agernya itu di atasnya ceri bawahnya coklat ditambah fla harusnya, cuma karena ada kejadian yang tidak terduga, fla yang harusnya jatuh di atas ager malah jatuh diatas matras dan hasilnya fla menempel dimuka setiap orang. HAHAHA.

Moment paling ditunggu itu sebenernya foto full team, karena dari awal pendakian kita sama sekali belum foto fullteam. Alesannya simple kamera yang megang siapa, yang difoto siapa dan jalannya gak bareng jadi aja baru sempet foto full team disini. hhi. nb : difoto itu cape loh !


Mode Formal

Mode bebas

Habis foto foto dan salam - salaman sama team yang udah pada mau turun kita melanjutkan untuk mandi air panas. Untungnya pas kita datang susasana air panas sedang sepi sehingga bisa dapet tempat nyaman untuk ber sepuluhan karena yang cewe gak ikut mandi. Sebuah fenomena yang menarik soal air panas ini, di satu sisi adalah sebuah air terjun dengan air yang cukup dingin dan disebelahnya ada air panas yang keluar dari celah batu katanya dulu pemandian air panas ini cukup luas, namun ketika terjadi longsor beberapa tahun lalu bentuknya jadi beberapa petak saja seperti jacuzzi. Hal yang lumrah ketika disini adalah melihat bule pakai bikini jadi usahakan tahan iman dan amin karena disana sangat ramai. Sempet ngobrol sama pendaki lokal disana soal rinjani, soal lombok, soal oleh oleh dan banyak hal lainnya, terima kasih atas sharing ilmunya mas.

Air Panas

Air Terjun

Sore hari kita habiskan dengan bercengkrama soal pendakian kemarin, dan plan untuk besok menuju senaru. Malam ini saya, Tri dan Kang Adam berniat mengambil air dan ternyata mengambil air disini terasa seperti mengantri BLT hampir sejam lebih kita menunggui orang mengambil air bahkan Tri pun sampai tertidur sambil berdiri disana. hahaha. Acun dan Yoss mencuci piring dengan sabun untuk mencuci muka mereka berdalih karena tidak ada lagi sabun dan adanya hanya itu. Yasudah tak apalah mungkin besok piring - piring dan alat masaknya jadi ganteng. Malam ini lelah sekali dengan canda, tawa dan kelakuan orang sekitar. Moment seperti ini akan selalu saya rindukan. Hi teman, apakah kalian merasakan hal yang sama ?

Chapter 9
Be Prepared, we go home now, but wait..... !

Pukul 3 dini hari kami bersiap, nampaknya saya sangat semangat sekali untuk pulang karena ketika saya bangun yang lain masih terlelap dalam mimpi masing - masing. (mungkin lelah juga). Kala itu saya menyiapkan minuman hangat untuk packing jika sesuai rencana kita akan solat subuh diperjalanan, ternyata rencana hanya rencana kita solat subuh di segara anak dan start berjalan setelah solat subuh. Perjalanan dini hari ketika gelap malam belum sepenuhnya tergantikan oleh cahaya mentari sungguh menantang, bagaimana tidak ? kita berjalan di atas batu menyusuri pinggiran segara anak dengan kaki yang lemas karena sisa perjalanan kemarin belum hilang, kadang hilang keseimbangan kadang menyalahkan batu dan kadang setengah terlelap.

Jalur menuju senaru dari segara anak ternyata sama seperti kalau kita naik ke tangkuban via cihideung, didominasi oleh pohon - pohon besar dan tanaman setinggi kepala kita. Start perjalanan landai barulah ketika ditengah akan disuguhi tanjakan sampai punggungan batu ceper. Diperjalanan saya memutuskan jalan duluan karena gelapnya malam membuat saya bersemangat, entah semangat ketemu bidadari yang turun dipagi hari atau karena kondisi perut tidak sempurna seperti kemarin turun segara anak. Saya berjalan duluan dibelakang saya ada Shaddam, dibelakang Shaddam ada fahmi dibelakang fahmi ada bule. Loh ko jadi bule ? ternyata anak anak dibelakang di salip sama bule yang hendak turun ke senaru juga.

Pukul setengah 7 saya sudah leyeh leyeh di batu ceper dengan shaddam yang disusul oleh fahmi beberapa menit kemudian, karena menunggu terlalu lama maka saya memutuskan untuk gelar matras dan lanjut tidur, mimpi yang semalem belum beres nampaknya.

di batu ceper

View sekitar batu ceper

Istirahat di batu ceper

Pukul 8 team sudah sampai satu persatu, yang terakhir datang Diyana, Teh Rini, Yoss dan Kang Dwi. Ketika ditanya kenapa mereka bisa lama ternyata di bawah ada acara bab berjamaah. Jadi mereka saling tunggu baru berjalan kembali. Isi lagi botol minum masing - masing karena sebagian sudah mulai habis dan start perjalanannya lagi.

Dari batu ceper untuk mencapai plawangan senaru adalah jalan melipir tebing yang diselingi oleh tanjakan. Jangan percaya pada pandangan ke atas, lihatlah langkah kaki kita saja karena perjalanan akan memutar tebing naik lagi memutar lagi naik lagi begitu seterusnya sampai dengan batu besar yang dibawahnya ada kemenyan. Nampaknya pemerintah lombok sangat memperhatikan wisata gunung rinjani ini jika kita perhatikan sepanjang perjalanan naik ke plawangan tidak ada sampah sama sekali namun vandalisme masih menghiasi batu - batu tersebut. Beberapa kali bertatap dengan orang bule dan menyapa. Walau bahasa inggris saya acak acakan tapi a little little i can lah ya. Hahahaha. Ada beberapa diantara mereka yang menyapa dari inggris, amerika, swedia dan spanyol. Yang paling akhir saya temui adalah cewe bertiga dari spanyol ketika saya memperhatikan dan memberi senyum mereka ternyata senyum balik dan menyapa, apakah ini pertanda buat saya turun bareng mereka ke segara anakan lagi ? ah dream u aja itu sih. Ckckck.

Rock On

View Puncak dari jalur senaru

Perjalanan ke plawangan ini sangat indah bagaimana tidak, pernah gak nonton film luar negeri yang naik gunung melipir ditebing gitu ? *lupa judulnya* tapi coba bayangkan, indonesia gak kalah indah ko sama gambar ditebing tersebut ya khususnya pendakian ini. Saya bisa lama lama berdiam diri mengagumi pemandangan disana *padahal istirahat*. Akhirnya setelah beberapa jam berjalan sampai juga di plawangan senaru yag disambut oleh nyanyian 30 orang porter yang sedang menunggu tamu nya. Mereka menyapa dan berkata semangat mas dan kata kata semangat lainnya, juga disambut oleh beberapa kawanan monyet yang sedang mengorek - ngorek sampah disini. Saya sampai duluan bersama Shaddam, Kang Adam dan Kang Deri. Ketika mau ke titik tertinggi dikagetkan oleh ibu - ibu bertiga yang sedang hiking. Ngobrol sebentar katanya mereka sering mendaki seperti ini. Ternyata mendaki itu bukan untuk sebagian gender saja, untuk segala usia dan segala medan, ketika kita ingin maka lakukan saja.

Di Plawanan Senaru

Saya lupa pukul berapa team baru sampai plawangan senaru, yang pasti kondisi saat itu sudah siang. Kita berfoto - foto sebentar dan makan siang menggunakan bihun dan nanas yang Kang Adam beli kemarin. Makan seperti itu sangat nikmat, sesuap demi sesuap, sebilah nanas menjadi penutupnya. Walau hanya sedikit namun sangat nikmat. Sampai saat ini pun nanasnya masih berasa. hhi

Start perjalanan dari plawangan senaru adalah melipir dulu baru akan menemukan jalan turun ke bawah, sedikit curam karena didominasi oleh bebatuan dan tanah kering yang menimbulkan debu jika berjalan. Baru beberapa langkah turun slempang cariel Kang Deri copot sebagian berhenti untuk membantu dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan turun. Tidak sampai 15 menit turun kia sudah sampai pos 3. Ternyata pos tersebut bukan pos 3. Di jalur senaru ini tiap pos ada extra nya.*udah kaya mastin good aja*. Jadi tempat kita istirahat tadi adalah pos 3 extra, tempat istirahat setelah pos 3 yang ORI sebelum nanjak ke plawangan senaru. Dari pos 3 ini kami turun berbarengan karena turun merupakan hal yang sangat sebagian orang sukai tidak untuk Kang Deri nampaknya. Selepas pos 3 extra tadi saya melihat aliran sungai dan mencoba untuk turun, ketika sampai dibawah ternyata itu hanya ilusi ! sungainya kering dan ada genangan air kehijauan. Ah efek air gak ada sampai kaya gini banget.

Jalan turun ke basecamp senaru sangat enak, perjalanan didominasi oleh tanah sampai dengan pos 1 sehingga berlaripun tidak terasa begitu lelah. Pos 3 terlewati dengan berlari. Pos 2 berlari juga dan istirahat disini karena kita berniat kumpul disini untuk mengambil air. Mata air di pos 2 ini turun kebawah sekitara 100 meter, nanti akan ketemu 2 aliran sungai. Aliran pertama kering sehingga kita naik ke aliran kedua, kondisi saat itu airnya menghitam seperti cingcau namun ada genangan air yang bersih disana sehingga saya dan Shaddam mengambil air tersebut. Satu jam menunggu akhirnya team kita lengkap. Sesudah lengkap sebagian istirahat sebagian lagi melanjutkan menuju pos 1. Saya, Acun, Fahmi, Kang Adam dan Shaddam yang duluan turun dengan berlari - lari kecil. Pos 1 extra terlewati dan sampai di gerbang masuk Senaru pukul 16.35 sore hari.

Gerbang Senaru

Istirahat cukup lama disini karena team yang lain baru sampai pukul 7 malam. Kita berlima sudah menghabiskan air beberapa gelas dan makanan ringan. Setelah solat isya Saya dan Kang Adam menyusul mereka ke atas ternyata baru beberapa langkah saja mereka sudah terlihat. Mereka bercerita kalau banyak kejadian yang membuat mereka lama diperjalanan. Ah yasudah tak apa yang penting team kita sudah lengkap semuanya.

Chapter 10
Desa Senaru dan kenangan yang tertinggal..

Perjalanan dari gerbang masuk senaru sampai ke desa ternyata cukup jauh untuknya ada mas - mas yang mengantar kita sampai rumah Pak Nur Saat. Kebanyakan orang memanggilnya Pak Saat. Sampai dirumahnya kita disambut dengan ramah dan mengobrol, katanya teamnya maisa sudah pulang tadi pagi. Ya kita telat turun karena betah diatas, kalau saja tidak ingat cuti tidak di approve mungkin saya akan lebih lama lagi diatas, celoteh saya pada Pak Saat. Kita diberi ruangan di lantai 2 di atas, ruangan yang cukup besar untuk menampung kita di atas, baru selesai beres - beres istri Pak Saat mempersilahkan kita untuk makan, makanan terenak di desa senaru kayanya nih. *efek baru turun gunung*. Sesudahnya kita mandi dan menyampaikan pesan kepada orang rumah, dan seperti kebiasaan saya, dari dulu saya hanya meminta ijin untuk pergi ketika pulangpun saya tidak pernah memberi tahu keluarga. Mungkin salah namun keluarga saya selalu mengerti. Nampaknya saya terlelap ketika sedang mengetik pesan, sadar - sadar karena ada yang menyenggol kaki saya, ternyata yang lain sudah pada tepar dan pulas sekali. Sebagian ada yang mandi dan sebagian lagi tertidur pulas sampai pagi. Hari ini kita pulang teman, rinjani tunggu saya kembali yah, lain kali saya akan membawa istri saya kesini untuk menikmati senja bersamanya. wait for us :)

Chapter 10+
Perjalanan pulang dan kata - kata...

Mobil Pak Udin sudah stand by ketika kita berpamitan pada istri Pak Saat, infonya Pak Saat sakit dan tidak bisa melepas kepulangan kita, yasudah tidak apa yang penting kita diantar sampai bandara. Perjalanan pulang tidak begitu seramai ketika perjalanan menuju sembalun, semua tertidur dalam mobil elf yang dilajukan Pak Udin pelan sekali. Saya terbangun karena getaran handphone saya, ada beberapa bbm dan whatsapp juga. Sempat kaget karena first unread bbm dari atasan saya yang menanyakan kenapa saya tidak masuk dan tidak memberi kabar, saya berasalan bahwa handphone saya tertinggal dan lupa nomer kantor, maaf ya pak. hhe. Sampai di bangsal kita berpisah. Saya, Teh Rini, Diyana dan Kang Adam pulang duluan. Yang lainnya melanjutkan perjalanan ke gilitrawangan dan sekitarnya. *perjalanan dan beli oleh - oleh skip aja* Dengan burung besi kami kembali ke jakarta dan kemudian makan. just info semenjak turun senaru sudah lebih dari 5 kali saya makan. Hahaha

Hey Anjani, senjamu membuatku rindu. Walau tak bertemu, kelak kita akan bersatu.

Notes :
Ucapan terima kasih untuk :
- Allah SWT yang menciptakan keindahan tak bernilai di tanah negeri indonesia, dan juga memberikan kesempatan untuk saya menikmatinya.
- team koyo (yang kemudian berubah nama menjadi koyo-ers).
- Orang Tua saya, untuk Ayah saya maaf susu kuda liarnya gak ada :(
- Untuk neng-ku, makasi ya udah mau nungguin dirumah
- Untuk orang - orang dalam perjalanan menuju rinjani, kalian luar biasa.
- dan untuk orang orang yang tidak disebutkan namanya.

Biaya Perjalanan :
- Tiket Pesawat PP : 1.8 juta (dibulatkan)
- Ongkos bandara - sembalun : 60 ribu
- Tiket masuk : 5 Ribu/hari (kita 4 hari jadi 20ribu)
- Ongkos menginap di Pak Saat : gratis (yang bayar makan)
- Makan malam & Pagi di Pak Saat : 30rbu
- Ongkos Senaru - Bandara : 50ribu

Total : 1.960.000,- not include logistik dll.
Total yang saya keluarkan sekitar 2,5 juta untuk membeli beberapa peralatan tambahan.

Semoga tidak bosan membaca catatan perjalanan saya yang selalu lama beresnya.
Semoga kita selalu diberi kesempatan menikmati alam indonesia ini oleh Allah SWT.

Stay Cool & Keep Hike !

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah" - Pramoedya Ananta Toer

9 comments:

  1. Ga ada info utk saya..ttg hal ini

    ReplyDelete
  2. Sarua ben....tapi kabiasan ripuhna kababawa wae,jng aya acara ngariung sagala d bandara lombok...

    ReplyDelete
  3. Tulisan saya akan menyusul hihi... hampura nu teu ka ajakan da tenda na terbatas *alesan hihi... sesekalilah jadi yg ngajak :)

    ReplyDelete
  4. mangapin yaa gegara aku jadi enggak muncak kekekekek, nanti kita kesana lagi. kamu bawa si neng nya aku bawa suami aku :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. da aku mah apa gak pernah dihajak :(

      Delete
    2. dihajak juga banyak banget halasannya :/

      Delete
  5. ah yg hijau-hijaunya itu bikin iri.

    bagus mah pake rincian biaya wa, siapa tau ada yg pengen jalan-jalan kaya kau juga, jadi ada referensi getoch..... :D

    ReplyDelete
  6. ini beloman beres ndin, mood boosternya lagi ilang

    ReplyDelete