Thursday 22 August 2013

[CatPer] Belum sampai ujungnya, Ujung Genteng

Obrolan soal trip ini sebenernya udah dilakuin dari terakhir kali saya jalan kepantai bareng temen (*baca trip ke sawarna) namun selalu tertunda karena kesibukan masing - masing dan walau trip ini terlaksana tetap saja yang ikut cuma sedikit.

Tapi tak apa, tujuan dari sebuah perjalanan adalah menikmatinya. Menikmati setiap langkah yang tercipta, dan memandang kagum atas keindahan yang diberikan oleh alam sekitar.

Perjalanan kali ini adalah perjalanan susur pantai dengan tujuannya adalah pantai ujung genteng. Walau kita belum sampai ujungnya tapi setidaknya kita telah menikmati pesisir pantainya, mendengarkan debur ombak, semilir angin pantai, teriknya mentari, dan dinginnya air laut.



Kamis, 15 Agustus 2013
Masuk kerja setelah hari libur raya adalah hal yang membosankan, selain tidak puas makan ketupatnya, bersama keluargapun hanya sebentar padahal perkantoranpun belum sepenuhnya efektif sehingga kondisi kantor masih sepi. Setelah jam pulang kantor saya langsung packing membawa peralatan yang ada dijakarta, karena sebagian lagi saya tinggalkan dikampung halaman saya. Jam 9 malam saya melaju menuju kampung halaman untuk ke esokan harinya berangkat ke bandung.


Jum'at, 16 Juli 2013
Pukul 4 pagi saya sudah bergegas untuk bangun dan persiapan berangkat ke bandung, sebelumnya saya sudah packing seluruh peralatan dan tinggal berangkat saja. Pukul 5 saya sudah stand by di lokasi bis yang akan membawa saya ke bandung, perjalanan teramat singkat dari kampung halaman saya ke bandung hanya memakan waktu 30 menit saja. Saya tidak turun di terminal melainkan turun di cimareme daerah bandung barat karena pemberangkatan akan dilakukan dari padalarang. Sesampainya dipadalarang sudah ada Tri menunggu saya yang sebelumnya chat dengan saya. Kami menunggu sekitar setengah jam dan kemudian Lies datang. Pukul 8 pagi kita start jalan dari padalarang menuju sukabumi menggunakan bis ekonomi jalanan begitu lancar mungkin karena bukan weekend dan orang - orang sudah kembali mudik ke tempat perantauannya.

View Gede Pangrango dari Cianjur

Pemandangan disepanjang jalan dihiasi oleh hijaunya alam ini sawah yang membentang luas, perkebunan para warga, dan bersihnya udara disana. Pukul 11 siang kita telah sampai terminal sukabumi namun tidak lanjut jalan karena menunggu teman yang berangkat dari jakarta, dia terlambat karena terjebak macet setelah melewati ciawi. Lalu saya dan Tri bergegas jumatan. Dan pengalaman baru saya kali ini adalah sehabis jumatan diberi nasi bungkus dari pihak masjid, katanya dapat bantuan dari instansi didekat masjid tersebut alhamdulillah banget mengurangi cost untuk makan siang. Sehabis jumatan Dani (Teman saya yang dari jakarta) sudah nangkring dengan Lies dekat terminal. Pukul 2 siang kita start jalan menuju Ujung Genteng rutenya adalah terminal sukabumi ke terminal lembur situ dari terminal lembur situ - surade baru dari surade kita start ke ujung genteng. Dan ternyata kita sampai ke Surade terlalu malam sehingga angkutan umum ke arah Ujung Genteng sudah tidak ada, dan hanya ada ojek dan carteran mobil dengan harga tidak masuk akal sehingga malam ini kita tidur dimesjid pertigaan surade, sepanjang malam kita hanya istirahat dan foto - foto saja walau sebenarnya saya dan Tri tidak bisa memenjamkan mata, karena nyamuk disini lebih ganas daripada ibukota. Dengan main game lah saya menghabiskan sisa malam sembari mencari listrik untuk mengisi battery handphone karena saya tidak bawa kamera untuk mendokumentasikan keindahan alam nanti.  

Sabtu, 17 Juli 2013
Pukul 5 kurang saya meminta Tri membangunkan Lies dan Dani yang terlelap dipelataran masjid, sekedar mengingatkan untuk shalat subuh dan segere siap - siap untuk memulai perjalanan, setelah beres shalat subuh kita bertiga mandi kecuali Tri (Gak pernah mandi sih kayanya). Ketika kita packing kita didatangi oleh seorang supir angkot yang menawari jasa carteran kepada kita, sempet nego juga soal harga namun karena tidak mau ribet kita menyutujui harga 40 ribu perorang untuk mengantarkan kita ke ujung genteng, namun sebelumnya kita mampir dulu ke curug cikaso, Karena saya mendapat info dari seorang guru saya dulu curug ini sangat indah, dengan rasa penasaranpun saya jadi ingin mengunjunginya sekalian mumpung kita kemalaman disurade, Karena letak curug ini adalah di daerah sebelum surade sehingga kita putar balik dulu ke arah curug. 45 menit perjalanan dari mesjid surade kita berempat sudah sampai ke lokasi curug.  Sebenarnya ingin mencari makan dahulu namun belum ada warung yang memamerkan makanannya sehingga kita memutuskan untuk bermain ke curug dahulu baru sarapan.

View daerah sekitar curug

Berjalan 15 menit menyusuri pinggiran sawah yang sedang mengering, melewati kandang ayam dan perkebunan warga saya sudah sampai ke lokasi curug cikaso tersebut. Sekilas tempat wisata ini cukup tertata rapih namun apabila kita perhatikan sampah ada di setiap sudut jalan namun tak apalah mungkin mereka belum membersihkannya karena semua warung disini masih tutup. 

View Curug Cikaso

Pemandangan menakjubkan dari curug ini, Curug yang memiliki ketinggian hampir 20 meter lebih ini memiliki air yang hijau ketika sampai ke bawahnya, sungguh menarik dengan pesona hutan yang asli banyak lumut yang menempel disekitar curug membuat keindahannya mengharuskan saya mengangkat 2 jempol sebagai nilainya.

Sudut lain dari cikaso

Bersantai dengan hammock

Saya pikir curug ini sepi pengunjung karena ketika saya sampai lokasi hanya ada beberapa orang saja yang datang tetapi ternyata saya salah perkiraan, saya datang terlalu pagi dan ketika saya kembali ke titik masuk sudah banyak orang yang datang untuk mengunjungi curug yang indah ini.

Setelah membersihkan sandal saya disungai saya kembali ke warung di pintu masuk untuk membayar retribusi sebesar 5 Ribu Rupiah, ada 2 ticket disini untuk tiket masuk tempat wisata 3 Ribu dan 2 Ribu lagi saya lupa untuk apa. Memandang sekitar mencari korban untuk dimakan ternyata hanya tersedia pisang goreng saja, ya sudahlah sekedar mengganjal untuk sarapan yang tak kunjung ada. Akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Dijalan banyak sekali orang berlalu lalang, saya pikir didaerah pedalaman seperti ini akan sepi sekali ternyata tidak, disini ramai sekali banyak orang yang berjalan ketika pagi entah untuk ke pasar atau untuk sekolah. Eh bukannya hari ini hari kemerdekaan negara ini ? kenapa banyak yang ke sekolah ? saya bertanya kepada supir angkutan tadi bahwa katanya ada acara upacara di sekolah disini setelah itu baru acara tujuh belasan dilanjutkan disekitar sekolah atau dirumah mereka masing - masing, ya saya dapat menerima pendapat seperti itu. Ditengah keterpurukan negara ini warganya masih bisa merasakan kemerdekaan walau sehari saja. by the way "DIRGAHAYU INDONESIA untuk ke 68 tahun"

Jam 9 tepat kita sampai pesisir ujung genteng, kita diturunkan didekat pasar ikan. Yaaaak, saya tidak suka bau ini ! bau ikan sangat menyengat karena itu pula saya tidak suka ikan. Setelah membayar harga carteran angkutan kami diberi nomor handphone supir angkutan tersebut, katanya beliau bersedia menjemput disekitar pantai disini, saya iyakan saja karena saya sendiripun belum tahu perjalanan ini akan berakhir sampai kapan karena Dani yang mengkomandoi perjalanan kali ini. 15 menit kita berjalan ke pesisir dan Dani mengajak berfoto dulu disebuah tanda jalan, Saya pikir tanda apa, ternyata itu tanda Jl. Ujung Genteng, ya cukup menarik untuk berfoto ria disini menandakan bahwa kami telat sampai disini. Pantai Ujung Genteng.

View pantai dekat jalan masuk ke Ujung Genteng

Setelah foto - foto tadi kita lalu mencari makan, ya makanan disekitar pantai adalah ikan dan entah kenapa nasi goreng selalu menjadi pilihan ketika kita makan. Namun tidak kali ini saya lebih memilih memakan bakso bersama nasi untuk memberi tenaga hari ini. Setelah makan kita melanjutkan perjalanan dipesisir pantai. Tujuan kali ini adalah pantai cibuaya pantai sebelum pangumbahan. Perjalanan awal terasa menyenangkan namun beberapa saat kemudian terasa panas sekali. Segera saya mengganti kemeja lengan panjang dan memakai masker agar kegantengan saya tidak hilang, HAHAHAHAHA. Lalu kitapun berlalu menyisiri pantai sampai ke Pantai Cibuaya.

Perjalanan susur pantai

Sebelum cibuaya

Ada kejadian menarik disini, kita melihat ikan buntal dan berpikir sejenak tentang film spongeboob dimana Mrs. poof (Guru mengemudi spongeboob) tidak punya suami, ternyata suaminya terdampar dipantai ini.

Suami Mrs. Poof

Sesampainya di Pantai Cibuaya kita istirahat sekedar mencari tempat berteduh karena sedari tadi susur pantai cuaca panas sekali. Dan mencari Es Kelapa ternyata tidak ada, yang ada hanya Tukang Es Buah dengan buah yang diparut. Yasudah mau tak mau kita membelinya walau saya menghabiskan 3 buah, 1 punya saya sendiri, 1 punya Lies, 1 punya Dani.

Bersantai dengan hammock di Pantai Cibuaya

Setelah istirahat dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan kembali, perjalanan tetap didominasi oleh pasir pantai, orang - orang pacaran, ombak, semilir angin dan keindahan langit siang itu. Ternyata ketika kita sampai ujung Pantai Cibuaya ada pembatas yang menandakan bahwa kita sudah masuk kawasan konservasi penangkaran penyu yaitu pantai pangumbahan. Karena saya ditinggal sendiri maka saya berfoto ria disana, foto orang - orang yang lagi surfing dan tentu saja foto bule berbikini yang sedang berjemur. Pemandangan yang sangat indah disiang yang panas ini.

Pantai Pangumbahan

Saya yang pertama kali sampai di penangkaran penyu dan mendokumentasikan kondisi sekitar. Lies, Dani dan Tri masih berteduh di bawah pohon sebelum penangkaran penyu. Saya berbicara pada orang sekitar dan menanyakan tentang penyu. Mereka menjawab kalau penyu setiap malam selalu ada yang naik ke kawasan ini untuk bertelur, telur - telur tersebut akan menetas sekitar 2 bulan dari pertama penyu tersebut naik ke daratan. Dan ada kegiatan pelepasan penyu pukul 5 sore, untuk hal ini saya tidak tahu apakah setiap hari atau tidak karena ketika sore kami keburu di usir dari lokasi tersebut karena Lies, Dani dan Tri "bermain air" dipinggiran pantai tersebut, yang jelas sekali ada larangan disana agar tidak melakukan hal tersebut. Yang tersisa hanyalah pemandangan senja disana. Menikmati debur ombak ketika senja.

Senja di Pangumbahan

Setelah menikmati senja kita berjalan kembali kembali ke Cibuaya karena kalau kita stay di pangumbahan akan terasa jauh ketika kembali untuk pulang.

Sampai ke Cibuaya kita mandi dan shalat. Sambil menunggu teman saya dari bandung memberi kabar bahwa temannya sedang berlibur di ujung genteng, seketika saya mengirim pesan singkat kepada dia, dan dia mangatakan akan menyusul kita kemari. Dan akhirnya kita makan bersama di warung sate yang tidak terasa seperti sate. Ngobrol ngalor ngidul akhirnya mereka memutuskan untuk kembali istirahat ke ujung genteng dan kita mencari lapak untuk membuka tenda. Malam itu hanya diisi dengan membakar roti dan foto - foto saja. Karena lelah Saya dan Lies tidur duluan. Dani dan Tri melanjutkan kegiatan foto - foto mereka dan entah apa yang mereka lakukan selanjutnya.

Minggu, 18 Agustus 2013
Pagi itu saya bangun telat, yang lain sudah bangun dan sedang menikmati pantai pagi hari. Seketika Lies meminta saya untuk mengeluarkan alat masak dia lapar dan ingin makan. Ketika sedang asyik memasak supir angkutan yang kemarin memberi kabar kalau dia sudah sampai lokasi penjemputan (On Time sekali pikir saya) akhirnya kita beres - beres semua persiapan dan bersiap untuk kembali ke bandung.

*maaf foto dari pangumbahan dan hari terakhir belum ada, kebanyakan saya menggunakan kamera Dani. Akan saya update bila fotonya sudah saya dapatkan.

Berikut rincian waktu dan cost yang dikeluarkan selama perjalanan :
Padalarang - Sukabumi (Bus Ekonomi) 22 Ribu 3 Jam Perjalanan
Sukabumi - Lembur Situ (Angkutan Umum) 7 Ribu 30 Menit Perjalanan
Lembur Situ - Surade (Bis Kecil) Berangkat 50 Ribu Pulang 35 Ribu 4 Jam Perjalanan
Surade - Cikaso 45 Menit 40 Ribu sekaligus ongkos Cikaso Ujung Genteng
Cikaso - Ujung Genteng 1 Jam 30 Menit Perjalanan
Ujung Genteng - Cibuaya 1 Jam 30 Menit Perjalanan Jalan Kaki dengan foto - foto 
Cibuaya - Pangumbahan 1 Jam Perjalanan Jalan Kaki
Cibuaya - Surade 20 Ribu 45 Menit Perjalanan
sisanya sama seperti dari Bandung ke Sukabumi

ini nomer HP Pak Teteng (Supir Angkutan) : 085860115187
kalau ada yang butuh jasa carter surade ke pantai sekitar ujung genteng beliau siap mengantarkan :D

Ucapan terima kasih saya haturkan kepada :
- ALLAH SWT akan keindahan negeri ini yang kau berikan kepada kita, kita akab berusaha menikmati dan menjaganya
- Orang tua saya yang tak pernah melarang saya melakukan semua kegiatan ini
- Orang yang saya sayangi, makasi ya udah ngijinin padahal kamu lagi ulang taun :p
- Rekan seperjalanan saya Lies, Dani, Tri
- Dan semua orang yang bertemu disana, teteh tengtop pink, teteh tengtop item dan teteh lainnya :*

See u all and the next trip

Atas Dani, Bawah Kiri Tri, bawah Kanan Lies

:D













3 comments:

  1. ceritanya nanggunnggggggg.... siga bikin sinetron aja wan..

    ReplyDelete
  2. Wooooooooooiii... Kebiasaan nih si akang kalo bikin cerita nanggung... -_-

    besok-besok kalo aku paksa nulis lagi, harus ditulis hayoooh. :)))

    ReplyDelete
  3. done yah, maklum kuli kerjaan gak bisa ditebak melulu

    ReplyDelete